Otak merupakan salah satu organ penting yang dibutuhkan oleh
manusia. Dengan sifatnya yang begitu luar biasa tersebut, otak menjadi pusat
perhatian bagi banyak ilmuwan di dunia. Salah satu hal yang unik dari otak
adalah adanya mitos-mitos yang mana sampai saat ini orang-orang masih
mempercayainya. Oleh sebab itu, pada pembahasan kali ini Anda akan diajak
mengetahui berbagai macam mitos tentang otak manusia yang ternyata hanya isapan
jempol belaka.
Mitos 1: Kita hanya menggunakan 10% dari keseluruhan otak
Mitos ini adalah yang paling umum, jadi Kita akan mulai dari
sini.
Masalah ini pertama kali datang dari seorang psikolog
Amerika pada awal tahun 1900-an, bernama Wiliam James. Pada saat itu James
berkata bahwa rata-rata orang jarang mencapai potensi Mereka atau hanya
sebagian kecil dari keseluruhan. Kutipan dari James tersebut diubah menjadi “10
persen dari kemampuan Kita”. Kemudian ada lagi yang memodifikasi menjadi “10
persen dari otak Kita”. Meskipun banyak penelitian ilmiah yang membuktikan
bahwa otak dapat digunakan lebih dari 10 persen, namun masih saja ada yang
meyakini mitos ini.
Mitos 2: Kerusakan otak adalah permanen
Meskipun benar bahwa kerusakan otak yang parah mungkin tidak
dapat disembuhkan sepenuhnya. Namun begitu, ketika neuron pada otak rusak, ada
bagian lainnya yang tumbuh kembali. Oleh sebab itu, hal yang salah jika
kerusakan otak, misalnya kehilangan ingatan atau pikun dan sejenisnya tidak
dapat kembali.
Mitos 3: Otak kiri terorganisir dan otak kanan kreatif
Membagi-bagi otak menjadi fungsi yang sangat berbeda
merupakan satu contoh besar lainnya dari mitos yang mana penelitian aslinya
diubah oleh seseorang, lalu menjadi viral yang diyakini banyak orang.
Fakta asli yang sebenarnya adalah kedua sisi otak Anda
mengontrol sebagian besar kegiatan. Misalnya saja Anda sedang mengerjakan soal
matematika, baik kanan maupun belahan otak yang kiri memiliki manfaat
masing-masing ketika mengerjakan soal tersebut.
Mitos 4: Memori otak Anda sangat exact
Exact berarti selalu tepat, sesuai dan tidak bisa
diubah-ubah. Ini adalah mitos klasik, yang mana sebagian besar orang percaya
bahwa pengalaman Kita disimpan secara apik dan bisa dibuka sewaktu-waktu.
Padahal faktanya, ketika Kita mengingat sesuatu, Kita akan mengambil bentuk
terakhir dari ingatan memori tersebut. Itu berarti otak baru memunculkan
bagian-bagian tertentu, yang mana memungkinkan memori tersebut memudar atau
menghilang.
Selain itu dalam penelitian lainnya disebutkan bahwa
pengalaman traumatis dapat diblokir oleh otak Kita sebagai cara perlindungan.
Bahkan ada yang namanya kenangan palsu, dimana orang-orang yang mengalami hal
yang sama, namun memiliki cerita yang berbeda.
Mitos 5: Mendengarkan musik klasik akan membuat bayi cerdas
Mitos ini berawal dari seorang dokter bernama Albert Tomatis
pada tahun 1950. Beliau mengklaim mendapati keberhasilan dalam mengobati
gangguan pendengaran dengan metode musik klasik. Hal ini berdasarkan teori dari
sonata mozart.
Hal unik dari penelitian tersebut adalah tidak ada satupun
dokter yang mampu menduplikasi temuan asli tersebut. Dr Frances Rauscher yang
terlibat dalam studi awal tidak pernah mengaku bahwa musik mozart dapat membuat
orang cerdas.
Mitos 6: Brain Games dapat meningkatkan memori dan penalaran
Mitos lainnya seputar otak manusia yang sangat umum tejadi
adalah efek dari bermain game otak yang dapat meningkatkan memori. Memang
secara teori bisa saja, karena saat bermain game tersebut otak bekerja untuk
berpikir. Namun begitu penelitan telah membuktikan bahwa hal tersebut tidak
benar.
BBC mengambil inisiatif untuk membedah teori tersebut. Dalam
sebuah penelitian oleh 8.600 orang pada usia 16 hingga 60, didapat bahwa fungsi
otak tidak pernah bertambah baik meskipun seseorang bermain brain games
sebanyak tiga kali per minggu dan sepuluh menit per hari.
Mitos 7: IQ Anda dapat berubah dan meningkat
Apakah Anda percaya bahwa sebagian orang terlahir cerdas dibandingkan orang lain dan IQ tidak pernah bisa berubah? Jika iya, maka Anda tidak sendirian. Meskipun tes IQ dapat sedikit memberi peningkatan kecerdasan selama hidup, namun tetap saja tidak ada publikasi bahwa kurva belajar dibangun melalui tes. Oleh sebab itu, tes IQ sebenarnya adalah kebohongan belaka, karena meskipun Anda belajar dengan giat dan pintar, skor IQ tampaknya sama saja.
Post a Comment