Headlines News :

POPULAR POST

cara update BIOS


Basic Input/Output System (BIOS), secara sederhana merupakan sebuah system di dalam Chip Motherboard yang bertugas mengenali dan menyiapkan perangkat keras/hardware komputer saat PC dinyalakan, seperti Hardisk, Processor, Floppy Disk, Memory, DVD Rom dan lainnya. Jika semua beres maka Sistem Operasi (seperti windows,Linux) baru mulai dijalankan.

Jika komputer berjalan lancar atau tidak mengalami masalah, memang tidak perlu untuk melakukan upgrade (memperbarui) BIOS di komputer kita. Karena memang sangat beresiko bagi yang belum terbiasa, jika kurang hati-hati komputer malah tidak bisa dioperasikan lagi.


Tetapi ada beberapa hal yang menyebabkan BIOS harus diupgrade, misalnya :
- Ketika komputer dinyalakan, tiba-tiba berhenti sebelum masuk sistem operasi;
- Komputer sudah cukup lama, dan kita memasang hardware baru yang tidak terdeteksi dengan baik, misalnya kita ganti Processor baru. Karena sering BIOS belum mengenali processor tersebut;
- BIOS rusak, baik ditunjukkan dengan adanya pesan ataupun tidak. Misalnya invalid BIOS, BIOS corrupted dsb;
- BIOS gagal mendeteksi hardware, seperti hardiks, CD-ROM, VGA dan lainnya;
- Ingin sedikit lebih mengoptimalkan kinerja komputer (hardware);
- Adanya recomendasi dari vendor Motherboard;

Jika BIOS di komputer rusak, maka otomatis tidak bisa menjalankan Sistem operasi seperti Windows Xp misalnya. Beberapa hal yang bisa menyebabkan kerusakan BIOS misalnya :
- Mematikan komputer tanpa shutdown, atau listrik tiba-tiba mati (tanpa UPS);
- Terkena Virus;
- Kesalahan meng-upgrade BIOS, misalnya komputer mati ketika proses upgrade, BIOS tidak cocok dengan jenis motherboard dll.

Bagaimana meng-upgrade BIOS Komputer?
Untuk meng-upgrade BIOS, diperlukan 2 file, pertama file BIOS itu sendiri dan Flash Memory Writer utility, yaitu software untuk mengupgrade (flash) BIOS, misalnya AFLASH.EXE, AWD816a.EXE dan lainnya. File BIOS biasanya dengan ekstensi 001, BIN atau lainnya, dengan ukuran kurang dari 512 KB. Kebanyakan Untuk mengupgrade BIOS harus dilakukan melalui DOS atau MS-DOS, meski saat ini juga sudah banyak vendor yang menyediakan software yang berbasis Windows.

Yang perlu diperhatikan adalah mencari file BIOS dan Flash Writer yang tepat, karena jika tidak sesuai, komputer kemungkinan bakalan tidak bisa hidup lagi. Tetapi jika tipe sudah tepat, maka kemungkinan selalu berhasil, kecuali mati listrik atau komputer mati ketika flash BIOS sedang berjalan. Pada umumnya flash BIOS hanya berlangsung beberapa detik saja, kurang dari 30 detik.
Untuk melakukan flash BIOS, setelah masuk ke DOS, ketikkan nama Flash Writer, misalnya untuk AWD816a.EXE

C:\ADW816a

Maka biasanya ada keterangan cara pemakaiannya. Ikuti perintah yang ada, pastikan juga untuk membackup BIOS yang lama, dapat dilakukan dengan file flash writer itu juga. Keterangan yang ditampilkan mungkin berbeda-beda. Jika masih ragu, sebaiknya ditanyakan kepada yang lebih tahu, atau bisa juga dibaca di buku petunjuk motherboard.

Bagaimana Cara menentukan Tipe Motherboard?
Ada beberapa cara menentukan tipe Motherboard yang dimiliki, antara lain :
- Melihat buku petunjuk yang disertakan ketika membeli Motherboard;
- Melihat tampilan awal ketika komputer menyala, biasanya ditampilkan seri atau tipe motherboard;
- Melihat langsung motherboard (membuka casing komputer), disana biasanya ditulis merk Motherboard dan tipenya.

Dimana Download BIOS dan Flash Utility tersebut
Jika motherboard kita termasuk populer, maka vendor biasanya telah menyediakan download BIOS dan Flash Utility-nya, seperti ASUS, ECS, MSI (Micro Star International), Gigabyte dan sejenisnya. Jika Motherboard anda tidak memiliki web site resmi untuk download driver, bisa dicoba mencari melalui www.google.com, dengan mengetikkan tipe motherboard diikuti kata seperti BIOS, download BIOS dan sejenisnya. Misalnya “BIOS P4VP-MX” atau “Download BIOS P4VP-MX”.

Layout dan Desain Personal DataCenter ( Server Room )

Berikut ini saya sharing Layout dan Desain Personal DataCenter ( Server Room ), semoga bermanfaat bagi rekan-rekan yang akan membangun Data Center Personal di perusahaan masing-masing. Desain Personal DataCenter ( Server Room ) ini mengacu pada Standar ANSI/BICSI-002-2011. Desain ini adalah sekedar contoh saja yang kebetulan memang merupakan salah satu project yang saya kerjakan di bulan April 2012 ini. Setidaknya sharing saya ini bisa menjadi inspirasi untuk di kembangkan lagi sesuai kebutuhan masing-masing…
ANSI/BICSI-002-2011 adalah Standar Desain dan Best Practices Implementasi Data Center

Ruang Lingkup ANSI/BICSI-002-2011 :
• Penerapan terbaik dan penerapan metode standart.
• Melengkapi standar DataCenter yang lain. Seperti :
- TIA
- CENELEC
- ISO / IEC
- AS / NZS
• Tujuan utama dari ANSI/BICSI-002-2011 adalah sebagai standarisasi persyaratan installasi Data Center dan sebagai panduan / pedoman implementasi desain DataCenter tersebut.
• Penggunaan Standar ANSI/BICSI-002-2011 adalah sebagai pendamping atau sinergi dalam hubungannya dengan standar infrastruktur telekomunikasi yang sudah ada. Seperti :
- ANSI/TIA-942
- AS / NZS 2834-1995 Komputer Akomodasi
- CENELEC EN 50173 Seri
- CENELEC EN 50174 Seri
- ISO / IEC 24764…
Yang mana standarisasi diatas dipergunakan untuk merancang jalur telekomunikasi, space ruangan dan sistem pengkabelan untuk DataCenter.
Kategori / Kriteria ANSI/BICSI-002-2011 :
• Mandatory alias syarat wajib, yaitu : kriteria yang umumnya berlaku untuk perlindungan, administrasi kinerja dan kompatibilitas, yang menentukan persyaratan mutlak minimum yang dapat diterima.
• Advisory alias syarat yang sebaiknya di penuhi, yaitu : kriteria yang diinginkan untuk disediakan ketika pencapaian mereka akan meningkatkan kinerja umum dari infrastruktur data center di semua aplikasi yang dimaksudkan.
Beberapa Komponen yang sangat penting dalam membangun DataCenter adalah :
1. Perencanaan DataCenter.
2. Pemilihan Lokasi DataCenter.
3. Arsitektur / Desain DataCenter.
4. Struktural Hardware DataCenter.
5. Sistem Kelistrikan.
6. Sistem Mechanical.
7. Pengaturan Suhu dan AirFlow.
8. Proteksi Kebakaran.
9. Sistem Pengkabelan / Cabling System.
10. Security.
11. Building Otomatisasi dan Redundancy.
12. Telekomunikasi.
13. Teknologi Informasi.
14. Commissioning.
15. Pemeliharaan / Maintenance Data Center.
Jenis Klasifikasi “Reliability and Availability DataCenter” ( Keandalan dan Ketersediaan DataCenter ) :
Kelas F0 : Jalur Tunggal  atau Single Path DataCenter tanpa salah satu dari berikut ini : power source / sumber daya alternatif; UPS; Grounding perangkat IT yang tepat.
Kelas F1 : Jalur Tunggal atau Single Path DataCenter.
Kelas F2 : Jalur Tunggal atau Single Path Data Center dengan Komponen Redundant.
Kelas F3 : Fasilitas / Resource DataCenter yang bisa di Maintainance bersamaan dan bisa di Operasionalkan secara bersamaan.
Kelas F4 : Fault Tolerant DataCenter atau DataCenter yang terdiri dari beberapa lokasi yang bisa saling mengantikan ( Fault Tolerant ).
Ketersediaan / Availability Catu Daya atau Sistem Listrik :
(1)-Kelas F0 Sasaran Availability : <99,0%
# Penjelasan Class F0 :
Mendukung persyaratan lingkungan dan energi dasar dari fungsi TI tanpa peralatan tambahan. Modal penghindaran biaya adalah pendorong utama. Ada risiko tinggi karena terencana dan tidak terencana downtime.
# Teknis untuk Class F0 :
Komponen redundansi: 0
Sistem redundansi: 0
Kontrol kualitas: Standar
Survivabilitas: 0
peristiwa. Tidak ada pembangkit cadangan.
(2)-Kelas F1 Sasaran Availability : <99,0%
# Penjelasan Class F1 :
Mendukung persyaratan lingkungan dan energi dasar dari fungsi perangkat IT. Ada risiko tinggi downtime karena kegiatan yang direncanakan dan tidak direncanakan. Namun, dalam fasilitas Kelas F1, pemeliharaan dapat dilakukan selama jam di luar acara, dan dampak downtime relatif rendah.
# Teknis untuk Class F1 :
Komponen redundansi: 0
Sistem redundansi: 0
Kontrol kualitas: Standar
Survivabilitas: 0
(3)-Kelas F2 Sasaran Availability : <99,9%
# Penjelasan Class F2 :
Memberikan tingkat keandalan yang lebih tinggi dari itu didefinisikan di F1 Kelas untuk mengurangi resiko downtime karena kegagalan komponen. Dalam fasilitas F2 Kelas, ada risiko moderat downtime karena untuk kegiatan yang direncanakan dan tidak direncanakan. Kegiatan pemeliharaan biasanya dapat dilakukan selama waktu terjadwal.
# Teknis untuk Class F2 :
Redundansi komponen: YA
(Untuk komponen kritis)
Sistem redundansi: 0
Quality control: Premium
Survivabilitas: Moderat
(4)-Kelas F3 Sasaran Availability : <99,99%
# Penjelasan Class F3 :
Memberikan keandalan tambahan dan pemeliharaan untuk mengurangi resiko downtime karena bencana alam, manusia berbasis bencana, pemeliharaan terencana, dan kegiatan perbaikan. Pemeliharaan dan kegiatan perbaikan biasanya akan perlu dilakukan selama waktu produksi penuh tanpa ada kesempatan untuk operasi dibatasi.
# Teknis untuk Class F3 :
Redundansi komponen: YA
(Untuk kritis / noncritical komponen)
Sistem redundansi: Kemungkinan
Quality control: Premium
Survivabilitas: Signifikan
(5)-Kelas F4 Sasaran Availability : <99,999%
# Penjelasan Class F4 :
Menghilangkan downtime melalui penerapan semua taktik untuk menyediakan operasi yang terus menerus terlepas dari kegiatan yang direncanakan atau tidak direncanakan. Semua tunggal poin dikenali kegagalan dari titik koneksi pada utilitas untuk titik koneksi pada beban kritis dieliminasi. Sistem biasanya otomatis untuk mengurangi kemungkinan kesalahan manusia dan staff 24×7. Latihan keras disediakan untuk staf untuk menangani darurat apapun. Kompartementalisasi dan toleransi kesalahan adalah persyaratan utama untuk sebuah fasilitas F4 Kelas.
# Teknis untuk Class F4 :
- Komponen redundansi: YA
(Untuk kritis / noncritical komponen)
- Sistem redundansi: YA
(Termasuk redundansi komponen)
- Kualitas kontrol: Premium
- Survivability: tingkat tertinggi

Penetapan RANGE SUHU untuk ruang server itu tergantung kebijakan atau POLICY masing-masing. Kita harus mengacu pada mesin ( server ) yang kita gunakan, sebab masing-masing server / tiap brand ada perbedaan. Baca Spek Teknis / datasheet dari server yang kita punya. Kalo di tempat saya, mengunakan server IBM Power 7 ini range suhu yang di tentukan oleh IBM adalah suhu antara 5 derajat Celcius hingga 35 derajat Celcius. Policy di perusahaan saya Range Suhu ruang server yang ACCEPTABLE adalah antara suhu 16 derajat Celcius hingga 24 derajat Celcius ( Humidity atau kelembaban antara 30% – 90% ).
Jika suhu ruang server mencapai 24 derajat Celcius maka alarm akan menyala, selanjutnya petugas di tempat segera ambil tindakan. Alarm ini di Trigger oleh Sensor Alarm dengan detektor suhu Otomatis. Pada saat alarm ini menyala, masih ada waktu bagi Administrator atau Server Operator untuk segera Action ONSITE DataCenter sekitar 30 menit – 60 menit sebelum suhu mencapai 30 derajat Celcius. Jadi… pada kondisi suhu ini, server harus segera di matikan atau sudah ada analisa penyebab suhu naik tersebut. Dan sudah ada Action, apakah AC kebali beroperasi dengan NORMAL ataukah ada PROBLEM. Jadi… pastikan server kita sudah SHUTDOWN sebelum mencapai suhu 35 derajat Celcius, sebab pada suhu ruangan 35 derajat Celcius ini server sudah mengeluarkan RED ALERT dan bisa saja suhu Processor server sudah mencapai 90 derajat Celcius…
Penentuan ketersediaan Redundancy juga sangat penting, seperti peralatan untuk : ‘Precision Air Conditioning’, ‘GenSet Backup Power’ yang sudah UP dalam 3 detik jika catu daya utama / PLN mati, ‘System RAID’ pada harddisk Server maupun Storage / SAN / NAS, penerapan ‘Clustering Server’ maupun ‘Mirroring Server’, dll…
“Semakin tinggi High Availability Server System yang diinginkan maka semakin banyak Point Proteksi yang harus dilakukan berarti juga semakin besar biaya yang harus dikeluarkan”

NOC Disaster Recovery Planning

Berikut ini Tutorial dalam membangun atau menyiapkan Disaster Recovery Planning. Tutorial ini merupakan implementasi penulis dalam menjalankan tugas sehari-hari sebagai IT System Administrator yang berkewajiban menjaga Stabilitas Server System sehingga kita bisa mendapatkan ZERO DOWNTIME Server System.
Disaster Recovery Plan adalah tahapan-tahapan proteksi Server System kita yang harus dipersiapkan agar jika terjadi musibah maka proses Recovery dapat dilakukan dengan cepat. DRP sangat hubungannya dengan ZERO DOWNTIME Server System dimana tujuan utama dari suatu Server System atau DATA CENTER memberikan layanan tanpa henti kepada Client maupun kepada Customer.
Jika suatu Server System atau DATA CENTER tidak didesain dengan sempurna maka server akan mengalami DOWN atau bahkan mengalami kerusakan dan membutuhkan waktu sekian menit bahkan berjam-jam. Dan dapat kita bayangkan, misalkan puluhan hingga ratusan nasabah bank akan mengantri di depan mesin ATM atau bahkan nasabah menjadi tidak percaya pada bank dan menarik uang deposit / tabungan-nya.
Tahapan Disaster Recovery Plan adalah sebagai berikut :
1. REDUNDANT atau Dual Input POWER SOURCE
Siapkan power source yang memadai dan siap pakai serta bisa juga kita terapkan pada DUAL Input power ke UPS kita. Jika tidak ada Genset, kita juga bisa memanfaatkan Input sumber daya yang lain seperti tenaga Surya, dll.
a. Input Power dari PLN.
b. Input Power dari GENSET.
c. Input Power dari Power Source lain.
2. DUAL UPS atau Redundant UPS to PSU
a. UPS A
b. UPS B
Kita gunakan 2 UPS dengan Input Power Source yang berbeda untuk men-supply sebuah server yang memiliki dual Power Supply Unit. Tentunya ini berlaku untuk server yang punya 2 buah Power Supply Unit ( PSU ). Tujuannya adalah jika terjadi problem di salah satu Power Source maka Server juga masih bisa hidup dari Power Supply yang lain atau Power Source yang lain.
3. DUAL POWER SUPPLY UNIT ( per server )
a. PSU A dengan power input dari UPS A
b. PSU B dengan power input dari UPS B
Tidak semua Server memiliki fasilitas Dual Power Supply ini, jadi jika server kita memiliki dual Power Supply maka sebaiknya kita manfaatkan se-optimal mungkin.
4. LOCAL STORAGE RAID System untuk OS
RAID System ( Redundant Array of Inexpensive Disks ) adalah sekelompok harddisk yang berfungsi saling mengantikan / redundant untuk menjaga fungsional harddisk.
Tujuannya adalah jika salah satu atau beberapa harddisk dari suatu kelompok harddisk mengalami kerusakan, maka sekelompok harddisk tersebut secara fungsi tidak mengalami problem sehingga kita tidak sampai mengalami kehilangan data. Pada RAID System ini dianjurkan mengunakan harddisk HotPlug atau harddisk HotSwap, sehingga dengan harddisk ini kita tidak perlu mematikan server untuk proses pengantian harddisk yang rusak tersebut.
System RAID yang dapat kita gunakan adalah :
a. RAID 1+0 / Mirror ( minimal ), lebih bagus lagi pake RAID5 atau RAID6 .
b. RAID5 => ( N=N-1 ), 1 buah harddisk yang dialokasikan untuk Fault Tolerance.
c. RAID6 / RAID ADG ( Advanced Data Guard ) => ( N=N-2 ), 2 buah harddisk yang dialokasikan untuk Fault Tolerance
5. DUAL / REDUNDANT Connection LAN per server
Mengunakan 2 LAN Card atau lebih tentu akan menjamin Availability server dalam jaringan jika terjadi kerusakan pada LAN Card Server. Sehingga jika salah satu koneksi LAN putus maka koneksi LAN yang lain dapat mengambil alih koneksi atau otomatis Take Over.
Redundant Connection ini dapat berupa :
a. NIC / LAN Card untuk Redundant Connection & Load Balancing
b. FO untuk Redundant Connection (Server ke SAN / NAS & FO antar Switch)
6. REDUNDANT Connection EXTERNAL STORAGE Protection untuk OS, Database & Fileserver
External Storage berupa SAN ( Storage Area Network ) ataupun NAS ( Network Attach Storage ) saat ini sudah menjadi suatu kebutuhan pokok dalam Server System. Redundant Connection dari Server ke External Storage ini sangat penting karena sangat membantu dalam menigkatkan proteksi storage sesuai sehingga fungsional Data Storage dapat befungsi sebagaimana mestinya.
Koneksi dari Server ke External Storage berupa Fiber Optic ( FO ) atau Ethernet Connection ( iSCSI ) dan proteksi ke storage kita berupa :
a. System RAID (RAID 1+0, RAID5 atau RAID6)
b. ASM & OMF ( khusus untuk Database Oracle )
7. TAPE BACKUP, Tape Library atau Vitual Tape Library ( VTL )
Tape Backup adalah Proteksi Data lebih lanjut baik ke External Catriedge maupun Virtual Tape Library yang selanjutnya Tape Catriedge di simpan ke suatu tempat khusus agar jika terjadi disaster ( musibah ) dapat digunakan untuk recovery data dengan cepat.
a. Tape Backup Convensional dengan Catriedge yang memadai
b. FO untuk Redundant Connection (dari Server ke Library atau VTL / Virtual Tape library)
8. SERVER REPLICATION TECHNOLOGY
Technology yang di implementasikan pada Server kita sangat berperan penting, misalnya pada Single Server jika terjadi problem ringan seperti RESTART Server, Update Patch, dll butuh waktu untuk Downtime 5 menit hingga 15 menit untuk proses Running Up Server. Apalagi problem fatal maka butuh waktu sekitar 1 jam lebih untuk Re-Building Server yang sama seperti semula. Maka dengan Technology Server Replication maka Downtime Server tersebut bisa di minimalkan bahkan bisa di tekan hingga hingga ZERO Downtime.
Ada 2 macam teknik dalam Server Replication, yaitu :
a. MIRRORED SERVER
b. CLUSTERED SERVER
Pada Mirrored server dibutuhkan Intervensi IT Administrator untuk melakukan Switching atau TakeOver Server termasuk menjalankan Script agar Server Pasif dapat mengambil alih Server Aktif yang sedang Down. Sedangkan pada Clustered Server tidak lagi dibutuhkan intervensi IT Administrator karena Clustered Server bisa melakukan TakeOver secara otomatis. Pada server penulis, proses TakeOver Clustered Server dari NODE1 ke NODE2 di Windows Server 2003 hanya berjalan dalam hitungan sekitar 5 detik.
Clustered System adalah Teknik mengabungkan kemampuan atau kekuatan beberapa buah Server menjadi sebuah Server System yang Powerfull. Secara phisical, Clustered Server ini terdiri atas 2 buah Server atau lebih bahkan hingga ratusan Server. Namun secara System dikenali sebagai 1 buah Server System. Jadi Clustered Server merupakan manifestasi atau miniatur daripada Server Mainframe yang harganya sangat mahal, sehingga dengan menjadi Clustered Server biaya pembelian Server Mainframe dapat di gantikan dengan membangun Clustered Server.
9. SERVER CO-LOCATION
Server Colocation adalah Server production kita gunakan operasional sehari-hari yang di Replikasi-kan pada Server kita yang berada diluar Site Server kita. Misalnya di luar kota, di luar pulau bahkan di luar negeri. Implementasi ini sangat bergantung pada kecepatan bandwith koneksi yang kita miliki atau kita sewa dari ISP.
Ada 3 macam teknik dalam Server Co-Location, yaitu :
a. MIRRORED SERVER Co-Location
b. CLUSTERED SERVER Co-Location
c. BACKUP Storage to Co-Location Storage ( umumnya mengunakan NAS dengan iSCSI )
Ada beberapa hal lagi yang perlu diperhatikan dalam Proteksi Tambahan dalam membangun suatu data Center. Yaitu :
A. Cooling System yang sesuai & memadai ( AC Presisi & redundant ).
B. Fire Protection & Fire alarm ( Fire Suppresson, Gas FM-200, dll ).
C. Security Access yang memadai ( finger print, access card, CCTV, Operator, Satpam, dan lainnya)
Artikel “TIPS Membangun Disaster Recovery Plan Server System” ini memang cocok untuk Proteksi Server System untuk Medium & Enterprise Company. Pasalnya, biaya yang dikeluarkan juga besar sesuai kebutuhan perusahaan serta sesuai budget yang disediakan. Semakin tinggi “High Availability Server System yang diinginkan maka semakin banyak Point Proteksi yang harus dilakukan berarti juga semakin besar biaya yang harus dikeluarkan”.

 
Copyright © 2011. COMASTNET - All Rights Reserved